Beban Berat Perang GazaMusthafa Abd Rahman ; Wartawan Kompas |
KOMPAS, 10 Agustus 2014
DATA yang dirilis lembaga pemantau HAM Euro-Mediterania yang bekerja sama dengan jaringan media Palestina, Safa, menunjukkan fakta menyedihkan. Menurut data itu, agresi militer Israel ke Jalur Gaza selama hampir 30 hari, dari 8 Juli hingga 5 Agustus, telah membawa kehancuran luar biasa di wilayah itu. Menurut pemantauan lembaga yang bermarkas di Geneva, Swiss, tersebut, Israel telah melancarkan 59.200 gempuran ke Jalur Gaza selama periode itu. Perinciannya, 7.178 serangan rudal dari udara, 15.580 serangan roket dari kapal perang laut, dan 36.442 serangan artileri. Jumlah korban tewas dari warga Palestina mencapai lebih dari 1.800 orang, termasuk 426 anak kecil, 255 wanita, dan 299 pejuang Palestina. Jumlah korban tewas terbesar jatuh di Provinsi Khan Yunis, Jalur Gaza tengah, yang kehilangan 531 warganya. Disusul Gaza City dengan korban tewas sebanyak 408 orang, kota Rafah sebanyak 405 korban tewas, provinsi tengah 245, dan propinsi utara 286. Sebanyak sembilan pegawai UNRWA juga tewas. Selain itu, 16 anggota tim medis dan 12 wartawan juga turut menjadi korban. Adapun korban luka-luka sebanyak 9.563, termasuk 1.927 wanita dan 2.877 anak. Agresi Israel juga telah memaksa 475.000 warga Palestina mengungsi. Sebanyak 310.000 di antara mereka mengungsi karena ancaman langsung Israel, 165.000 orang karena rumah mereka hancur digempur Israel, dan 254.000 orang mengungsi ke sekolah-sekolah UNRWA. Mereka yang mengungsi ke sekolah milik UNRWA itu tidak semuanya selamat karena Israel telah tiga kali menggempur sekolah milik UNRWA di kota Rafah dan area kamp pengungsi Jabaliya. Agresi Israel telah menghancurkan pula secara total sebanyak 1.724 rumah. Selain itu, 8.880 rumah juga mengalami kerusakan, 42 masjid hancur total, 90 masjid rusak, sebuah gereja dan makam umat Kristiani rusak, serta 10 kompleks makam umat Muslim rusak. Dalam konteks kesehatan, sebanyak 12 ambulans, 10 pusat kesehatan masyarakat, dan 13 rumah sakit mengalami kerusakan. Sebanyak 34 dari 55 puskesmas yang tersebar di Jalur Gaza tak bisa beroperasi karena menjadi sasaran gempuran langsung Israel. Dalam bidang pendidikan, Israel telah menggempur 98 sekolah milik pemerintah dan 90 sekolah milik UNRWA. Sekolah-sekolah tersebut menampung 152.000 murid. Sebanyak enam gedung universitas yang bisa menampung 100.000 mahasiswa juga mengalami kerusakan. Ekonomi hancur Gempuran besar-besaran Israel juga berdampak di sektor perekonomian. Kerugian ekonomi, baik langsung maupun tidak langsung, akibat agresi Israel itu mencapai 2,4 miliar dollar AS (Rp 28,23 triliun). Israel telah menghancurkan sedikitnya 19 instalasi listrik di Jalur Gaza, yang menyebabkan sebanyak 1,7 juta penduduk wilayah itu tidak dapat aliran listrik. Israel juga menggempur delapan jaringan instalasi air yang menyebabkan sebanyak 700.000 penduduk Jalur Gaza tidak mendapatkan air bersih. Sektor perdagangan dan industri pun tak luput dari gempuran. Israel telah menggempur 315 jaringan infrastruktur yang merugikan secara langsung 14.000 karyawan. Israel juga menghancurkan 22 markas lembaga bantuan sosial serta 19 kantor perbankan dan lembaga keuangan lainnya. Mata pencarian rakyat kecil pun hancur. Israel tercatat telah menghancurkan 52 perahu nelayan yang menyebabkan putusnya rezeki 3.000 nelayan di Jalur Gaza. Angka-angka ini sangat tidak sebanding dengan korban yang jatuh di pihak Israel selama konflik. Israel mengakui, 67 warganya telah tewas. Itu pun sebagian besar, yakni 64 orang, adalah prajurit Israel yang terlibat serangan ke Jalur Gaza. Hanya jatuh tiga warga sipil. Israel sampai saat ini belum mengungkapkan jumlah korban luka-luka dari anggota militer dan sipil. Direktur lembaga pemantau HAM Euro-Mediterania, Rami Abduh, mengatakan, data statistik itu menunjukkan agresi Israel selama hampir satu bulan menjadikan warga dan infrastruktur sipil sebagai sasaran utamanya. Menurut Abduh, beragam sasaran gempuran Israel di Jalur Gaza bertujuan melumpuhkan kehidupan di wilayah itu secara luas. Ia menambahkan, Israel ingin warga sipil di Jalur Gaza menjadi korban terbesar dari agresi militernya. Tujuannya agar warga sipil itu berbalik melawan Hamas dan gerakan perlawanan Palestina lainnya. Kerugian Israel Di sisi lain, sejumlah pakar dari Israel menyebut, kerugian Israel dari aksinya melancarkan serangan militer ke Jalur Gaza juga sangat besar. Para pakar itu memperkirakan, Pemerintah Israel mengeluarkan biaya perang di Jalur Gaza sekitar 3,5 miliar dollar AS. Dana Moneter Internasional (IMF) menyebut, kerugian ekonomi Israel mencapai 546 juta dollar AS. Media Israel juga mengungkapkan, setiap menembakkan satu roket sistem pertahanan anti rudal Iron Dome, Pemerintah Israel mengeluarkan uang 50.000 dollar AS. Sumber keamanan Israel menyebut, kerugian harian militer Israel mencapai 43 juta dollar AS. Di sektor ekonomi, perang Jalur Gaza telah berdampak sangat negatif terhadap industri pariwisata di Israel. Banyak agen perjalanan membatalkan program kunjungan dan pesanan hotel di Israel. Maskapai penerbangan Israel, El-Al, memperkirakan mengalami kerugian tak kurang dari 50 juta dollar AS selama perang Jalur Gaza berlangsung. Aktivitas perdagangan Israel juga mengalami kerugian sekitar 29 juta dollar AS per hari. Aktivitas ekspor Israel menurun tajam selama perang tersebut. Pemerintah lokal kota-kota di Israel juga dilaporkan mengalami kerugian sekitar 1 miliar dollar AS. Kerugian tersebut timbul akibat serangan roket-roket Palestina atas sejumlah kota di Israel, khususnya kota-kota di Israel selatan. Pemerintah lokal itu harus mengeluarkan biaya keadaan darurat serta biaya ganti rugi atas pegawai dan instalasi yang terkena dampak serangan roket Palestina itu. Selain kerugian di pasar domestik, Israel juga merugi di sektor perdagangan luar negeri. Banyak negara membatalkan kesepakatan perdagangan dengan Israel akibat perang Jalur Gaza ini. Penasihat ekonomi Presiden Palestina Mahmoud Abbas, Sobri Siedam, mengungkapkan, negara-negara Amerika Latin, seperti Brasil, Argentina, Bolivia, Venezuela, Uruguay, dan Paruguay, memutuskan membatalkan kerja sama ekonomi dengan Israel. Memaksa Israel Hamas dan faksi-faksi bersenjata Palestina lainnya kini sepakat, pencabutan blokade secara total atas Jalur Gaza merupakan syarat bagi berakhirnya perang Gaza kali ini. Hamas memiliki kepercayaan diri yang kuat bahwa mesin perang yang mereka miliki, terutama armada roketnya, bisa memaksa Israel menerima syarat tersebut. Tekad Hamas dan faksi Palestina lainnya itu tecermin dalam perundingan di Kairo yang menolak keras perpanjangan gencatan senjata tanpa ada kesepakatan pencabutan blokade tersebut. Maka, bagi Israel tidak ada pilihan lagi, kecuali mencabut blokade atas Jalur Gaza yang berlangsung sejak tahun 2007 itu untuk mengakhiri perang Gaza itu. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar