Pemimpin DewasaDjoko Subinarto ; Alumnus Universitas Padjadjaran |
TEMPO.CO, 12 April 2014
Indonesia ke depan membutuhkan sosok pemimpin yang benar-benar dewasa, yang mampu mengontrol emosinya dengan baik, sehingga menciptakan suasana damai dan bersahabat bagi semua kalangan. Hajat akbar lima tahunan untuk memilih presiden dan wakilnya dijadwalkan berlangsung pada 2014 ini. Pada momen inilah kita menentukan secara langsung siapa yang bakal memimpin Republik ini untuk masa lima tahun ke depan. Sejauh ini, sudah ada sejumlah figur yang telah siap mencalonkan dirinya untuk bertarung memperebutkan kursi RI-1. Pun sejumlah kalangan sudah mulai ramai bersuara menyatakan dukungan kepada sejumlah calon tertentu yang dijagokannya. Tentu saja, yang selalu menarik untuk dipertanyakan sekaligus diperbincangkan adalah siapa figur yang kira-kira paling layak memimpin Indonesia di masa depan dan kriteria apa saja yang semestinya dimiliki oleh calon orang nomor satu di negeri ini? Ini sudah barang tentu terkait erat dengan persyaratan umum dan persyaratan khusus yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin. Raymond Bernard Cattell, seorang psikolog, menyebutkan bahwa salah satu syarat penting untuk menjadi seorang pemimpin adalah kedewasaan. Bahkan, kedewasaan ini jauh lebih penting ketimbang syarat-syarat lainnya, semisal usia atau pengalaman. Secara umum, paling tidak ada empat hal yang dapat menunjukkan apakah seorang calon pemimpin itu dewasa atau tidak. Pertama, aspek emosional. Calon pemimpin yang dewasa mampu mengontrol emosinya secara baik. Persoalan apa pun yang dihadapi tidak akan membuat emosi seorang pemimpin meledak-ledak. Seorang calon pemimpin harus mampu menciptakan suasana damai dan sejuk, bukan justru membuat suasana senantiasa panas dan penuh amarah. Kedua, aspek intelektualitas. Intelektualitas di sini dapat dilihat dari kapabilitas diri dalam membangun pendirian. Seorang calon pemimpin harus memiliki pendirian serta prinsip yang teguh dan ditopang dengan rasionalitas dan kreativitas. Ia bukan seorang peragu dan gampang dipengaruhi serta terombang-ambing dalam situasi apa pun. Ketiga, aspek moral. Moral menjadi landasan utama bagi individu yang dewasa. Setiap perkataan dan perbuatan dilandaskan pada moral. Maka, calon pemimpin yang dewasa adalah pemimpin yang mendasarkan pola kepemimpinannya pada kekuatan moral, bukan mendasarkan pola kepemimpinannya pada kekuasaan serta kepentingan sempit dan sesaat. Keempat, aspek sosial dan spiritual. Individu yang dewasa memiliki sikap terbuka terhadap orang/golongan lain. Bukan hanya itu, ia juga terbuka bagi setiap perubahan. Pada ranah spiritual, individu yang dewasa memiliki keyakinan yang tidak sempit, sehingga mampu membina hubungan dengan orang-orang yang berbeda pandangan dan keyakinan. Dengan demikian, calon pemimpin yang dewasa harus bisa terbuka kepada siapa pun dan terbuka dengan setiap perubahan, sekaligus mampu membina hubungan dengan kelompok-kelompok yang berbeda pandangan dan keyakinan. Kita akan sangat beruntung jika pemilu yang kita gelar tahun ini mampu melahirkan sosok pemimpin yang benar-benar dewasa. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar