Kampus Inkubator Pemimpin MudaSaiful Anwar ; Mahasiswa Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam IAIN Walisongo Semarang |
HALUAN, 16 April 2014
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kampus adalah tanah lapang yang luas. Secara umum dapat difahami, bahwa kampus merupakan tempat untuk menuntut ilmu. Namun, secara substansial sebagaimana mengutip dari ungkapan Dr. Mohammad Nasih, kampus adalah “the bettle field of the theories”, yaitu tempat bertarung berbagai teori. Fungsi dan peran kampus memiliki urgensi untuk membangun bangsa. Seperti yang telah dikemukakan Conny R. Semiawan, kampus berfungsi untuk mempersiapkan generasi muda menjadi insan yang memiliki perilaku, nilai, dan norma sesuai dengan sistem yang berlaku. Yaitu, memiliki rasa patriotisme. Hal ini, bertujuan untuk mewujudkan totalitas insan yang utuh dan mandiri guna pengabdian terhadap negara. Akan tetapi, di era globalisasi ini, fungsionalisasi kampus telah hilang dari makna yang sebenarnya. Perlu digarisbawahi, yang menjadikan kampus hilang dari maknanya bukan karena bergesernya zaman. Tetapi, mahasiswa belum mampu memahami arti kampus. Mereka, hanya belajar dan bertujuan mendapatkan gelas sarjana lalu bekerja. Ini merupakan hal yang sia-sia. Karena, melihat degradasi moral bangsa saat ini, sungguh sangat memprihatinkan. Mulai dari golongan kelas atas (pejabat) hingga kelas bawah (rakyat). Yang diharapkan Ibu Pertiwi bukan untuk diri sendiri, tapi untuk negeri. Sering kita ketahui, para pejabat sering melakukan tindakan yang salah. Seperti, hal-nya korupsi. Belum lagi masyarakat yag akhir-akhir ini juga ikut keblinger dalam prilaku yang salah. Ini membuktikan bahwa negara ini benar-benar dalam keadaan bahaya. Untuk itu, diharapkan fungsionalisasi kampus harus ditegakkan kembali. Menetaskan Pemimpin Dapat dianalogikan kampus ibarat sebuah inkubator, dan mahasiswa diibaratkan sebagai telurnya. Jika, penetasan tersebut gagal, maka secara otomatis kampus boleh dikatakan nihil dalam mencetak generasi muda untuk bangsa. Memang tidak mudah dalam menetaskan telur tersebut. Sangat dibutuhkan kesabaran dan pelatihan yang ekstra hati-hati. Selain itu, untuk menetaskan telur tersebut tidak lupa mengatur suhu yang sesuai dalam penetasannya. Dengan demikian, apabila kampus tidak mampu mencetak mahasiswa dengan baik, sangat sayang generasi yang muncul bukanlah pengabdi untuk negara. Begitupun sebaliknya, jika mahasiswa terdidik dengan baik, tidak diragukan lagi generasi muda yang hadir adalah pemimpin berdikari yang siap untuk memimpin negara. Pemimpin yang mampu untuk memberi kesejahteraan dan keadilan serta tuntunan untuk masyarakat. Kembali pada pembahasan kampus. Walaupun kampus mempunyai bidang yang berbeda-beda, tetapi ini sangat lengkap dalam menyiapkan pemimpin-pemimpin muda untuk membawa perubahan. Seperti ilmu ekonomi menangani permasalahan di bidang ekonomi. Karena, perekonomian Indonesia belumlah jelas, terlebih lagi untuk rakyat miskin yang perlu diberikan jaminan hidup layak. Lalu ilmu politik menyelesaikan permasalahan pada ranah pemerintahan. Ilmu agama untuk menyelesaikan beragam masalah di bidang agama yang terjadi negara kita yang mengalami degradasi moral. Pada intinya kampus adalah sebagai tempat inkubasi mahasiswa menjadi garda/agen, yang memiliki tugas untuk membuat perubahan yang lebih baik untuk bangsa dan negara. Mulai dari membawa perubahan, mengontrol, penengah pemerintah dengan rakyat, dan sebagai aset perubahan bangsa. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar