Arjuna Web

<div align="center"> <table border="0" cellpadding="0" class="MsoNormalTable" style="mso-cellspacing: 1.5pt; mso-yfti-tbllook: 1184; width: 636px;"> <tbody><tr style="height: 38.25pt; mso-yfti-firstrow: yes; mso-yfti-irow: 0; mso-yfti-lastrow: yes;">  <td style="height: 38.25pt; padding: .75pt .75pt .75pt .75pt; width: 474.15pt;" valign="top" width="632">  <h1 align="center" style="margin-top: 0cm; tab-stops: center 236.3pt left 379.35pt right 472.65pt; text-align: center;"><span style="color: windowtext; font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 20.0pt;">Menegakkan   Harkat Perempuan Pekerja<o:p></o:p></span></h1><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: center;"><span style="font-family: "FranklinGothic-ExtraCond","sans-serif"; font-size: 14.0pt; mso-bidi-font-family: FranklinGothic-ExtraCond;">Ira Alia Maerani  ;</span>    <span style="font-size: 12.0pt;"> </span><i><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13pt;">Dosen Fakultas Hukum <o:p></o:p></span></i></div><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: center;"><i><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13pt;">Universitas   Islam Sultan Agung (Unissula) Semarang<span style="background: white; mso-bidi-font-style: italic;"><o:p></o:p></span></span></i></div></td> </tr></tbody></table></div><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: center;"><b><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">SUARA MERDEKA, 21 April 2014<o:p></o:p></span></i></b></div><div align="center" class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; text-align: center;"><b><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;"> </span></i></b><b><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">                                     </span></i></b></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; tab-stops: 206.35pt 268.65pt;"><b><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">                                                                                          <o:p></o:p></span></i></b></div><div class="MsoNormal" style="margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm; tab-stops: 164.95pt 187.0pt;"><b><i><span style="font-family: "Times New Roman","serif"; font-size: 12.0pt;">                                                              <o:p></o:p></span></i></b></div><table border="0" cellpadding="0" cellspacing="0" class="MsoNormalTable" style="border-collapse: collapse; mso-padding-alt: 0cm 0cm 0cm 0cm; mso-yfti-tbllook: 1184;"> <tbody><tr>  <td style="padding: 0cm 2.8pt 0cm 0cm; width: 468.0pt;" valign="top" width="624">  <div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;"><i><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 150%;">‘’Tiada berbilang wanita   yang ditindas, suatu perlakuan yang masih terdapat di berbagaibagai negeri   dalam abad terang ini, saya bela dia dengan senang dan setia.’’</span></i><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 150%;"> (</span><span style="font-family: Arial, sans-serif;"><b>R.A. Kartini; 1879-1904</b></span><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 150%;">)</span><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;"><br /></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 150%;">KUTIPAN pernyataan Pahlawan Kemerdekaan Nasional Raden Adjeng   (RA) Kartini (berdasarkan Keppres Nomor 108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964)   lebih dari seabad silam menarik untuk dicermati. Hal itu mengingat sampai   saat ini perjuangan tentang hak-hak perempuan masih terus diupayakan,   sekurang-kurangnya masih menjadi diskursus menarik.</span><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;"><br /></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 150%;">Realitasnya, hingga kini tiada berbilang perempuan ditindas,   meski kemerdekaan sudah dimiliki seluruh negara di dunia. Beberapa waktu   terakhir, media diwarnai pemberitaan tentang perempuan pekerja yang dianiaya   di tempat kerja, baik di dalam negeri maupun TKW yang mendulang nasib di luar   negeri. Kasus terkini adalah Satinah, yang tersandung kasus pembunuhan di   Arab Saudi.</span><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;"><br /></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 150%;">Meski akhirnya Satinah bebas dengan pembayaran diyat 7 juta   riyal atau kurang lebih Rp 21 miliar, kasus itu menimbulkan keprihatinan.   Sepulang dari tugas tahun 2011, ketiga mendarat di Bandara A Yani Semarang   penulis secara tidak sengaja berjumpa dengan wanita asal Tegal yang dua tahun   menjadi TKWdi negeri jiran.</span><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;"><br /></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 150%;">Merasa khawatir dengan keamanannya, wanita meminta tolong untuk   diantarkan ke stasiun guna melanjutkan perjalanan pulang ke Tegal.</span><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;"><br /></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 150%;">Dalam kesempatan singkat berbincang, ia menyatakan kapok menjadi   TKW karena selama dua tahun bekerja praktis tak bisa beribadah sesuai   keyakinannya karena dilarang oleh majikan. Haknya yang paling asasi, yakni   beribadah sesuai agama dan keyakinannya, dirampas. Ia merasa berdosa tapi tak   berdaya. Dua tahun di perusahaan katering, ia bekerja mulai pukul 02.00   hingga pukul 20.00.</span><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;"><br /></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 150%;">Ia dan teman-temannya, sebagian besar TKWdari Indonesia, sangat   dibatasi untuk berkomunikasi dengan dunia luar. Dari dalam negeri, kita pun   dikagetkan pemberitaan media pada Februari 2014. Belasan pekerja perempuan di   lokasi penangkaran walet di Medan disekap, dua di antaranya dikabarkan   meninggal. Selebihnya dalam kondisi kesehatan yang memprihatinkan.</span><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;"><br /></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 150%;">Mereka mendapatkan perlakuan tidak manusiawi seperti makan   seadanya, beban kerja tinggi, dilarang keluar lokasi penangkaran walet,   dilarang berkomunikasi dengan dunia luar, termasuk tak ada akses memperoleh   pelayanan kesehatan. Dari 460 kasus kekerasan terhadap perempuan di Jateng,   717 perempuan menjadi korban kekerasan berbasis gender.</span><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;"><br /></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 150%;">Kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) adalah yang tertinggi (201),   disusul pemerkosaan 113, kekerasan dalam pacaran 61, kekerasan dan kriminalisasi   terhadap perempuan korban eksploitasi seks 113, kekerasan terhadap pekerja   perempuan migran 22, perdagangan perempuan 22, dan pelecehan seks 7 kasus.   (SM, 3/12/13)</span><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;"><br /></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 150%;"><b>Spirit Kartini</b><o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;"><br /></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 150%;">Gambaran itu cukup memberikan potret masih tingginya penindasan,   baik fisik maupun nonfisik, terhadap perempuan pekerja. Padahal kita tidak   menyangsikan peran vital mereka dalam meningkatkan perekonomian keluarga dan   bangsa. Bagaimana kita melindungi mereka dari berbagai bentuk penindasan?   Bagaimana pula kita kembali membangkitkan spirit RA Kartini yang senantiasa   membela dengan ”senang dan setia” ? Spirit Kartini dalam membela kaumnya tak   pernah padam.</span><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;"><br /></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 150%;">Semangat yang tumbuh dan berkembang atas dasar keihlasan seorang   anak bangsa yang prihatin terhadap nasib kaumnya. Spirit yang bertolak dari   niat tulus mengangkat derajat kaumnya.</span><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;"><br /></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 150%;">Semangat itu dapat kembali kita bangkitkan melalui, pertama;   menumbuhkan gerakan empati, khususnya bagi perempuan pekerja. Melakukan   sosialisasi dan pemahaman visi yang sama akan pentingnya perlindungan   terhadap perempuan pekerja.</span><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;"><br /></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 150%;">Siapa pun, tidak pandang gender, bisa menjadi “Kartini-Kartini”   yang akan senantiasa membela dengan ìsenang dan setiaî. Kedua; penguatan   regulasi perlindungan bagi perempuan pekerja yang bekerja pada sektor formal   dan informal, baik di dalam maupun luar negeri. Ketegasan dalam hal penegakan   hukum terhadap pelanggar hakhak perempuan pekerja.</span><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;"><br /></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 150%;">Negara memiliki peran sentral dalam melindungi warganya, baik   ketika ditimpa masalah maupun tidak, supaya stabilitas, keamanan dan kenyamanan   seluruh warga negara terwujud. Ketiga; harkat dan martabat perempuan pekerja   lebih penting dibanding devisa.</span><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;"><br /></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 150%;">Maka, ke depan, pengiriman TKW perlu dipertimbangkankembali   dengan memberikan beberapa alternatif pekerjaan di dalam negeri sesuai   kapasitas dan kemampuan. Memberi kesempatan tumbuhnya home industry menjadi   satu pilihan untuk mencarikan solusi atas permasalahan mereka.</span><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 150%;"><o:p></o:p></span></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;"><br /></div><div style="line-height: 150%; margin-bottom: .0001pt; margin: 0cm;"><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13pt; line-height: 150%;">Pemerintah perlu menjadi contoh dan memimpin gerakan atas   pemikiran dan perilaku bahwa harkat dan martabat bangsa dapat ditegakkan,   salah satunya melalui upaya mencintai dan membeli produk dalam negeri. Upaya   itu untuk menumbuhkan perekonomian rakyat yang pada gilirannya bisa   ”menghambat” laju pengiriman TKW.</span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 13.0pt; line-height: 150%; mso-bidi-font-weight: bold;">  </span><span style="font-family: "Arial","sans-serif"; font-size: 13.0pt; line-height: 150%;">●</span></div></td></tr></tbody></table>

Menegakkan Harkat Perempuan Pekerja Ira Alia Maerani ; Dosen Fakultas Hukum Universitas Islam Sultan Agung (Unissula) Semar...

Baca selengkapnya »