Palestina Adalah KitaKasra Scorpi ; Wartawan Haluan |
HALUAN, 15 Juli 2014
Dengan dalih untuk menghentikan serangan roket yang intensif dilancarkan Hamas ke Tel Aviv, Israel membabi buta melakukan serangan ke Gaza Palestina sejak Selasa pekan lalu, lebih seratus warga setempat termasuk anak-anak tewas. “Teroris di Gaza telah membuat kesalahan besar menyerang orang Israel. Mereka yang mengundang bencana sendiri,” ujar Kepala Staf Angkatan Bersenjata Israel Benny Gantz, seperti dikutip Al-Arabiya, Sabtu (12/7). Militer Israel juga menuduh banyak rumah di Gaza yang digunakan untuk kepentingan persenjataan Hamas, sehingga menurut mereka sah-sah saja jika lokasi tersebut menjadi target serangan berdasarkan hukum internasional. Dengan angkuh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menambahkan, meski telah didesak pihak internasional, tak akan ada yang bisa menghentikan invasi negaranya. Dikatakannya, Israel telah menyerang lebih dari 1.000 sasaran di Gaza sejak Selasa 8 Juli lalu menggunakan kekuatan dengan skala 2 kali lebih besar dari operasi serupa yang dilancarkan pada 2012. “Tidak akan ada tekanan internasional yang bisa mencegah Israel menggunakan kekuatan,” kata Netanyahu setelah berbicara dengan Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan Kanselir Jerman Angela Merkel, seperti dilansir BBC. Memang bagi Israel, serangan biadab terhadap warga Paletina merupakan hal biasa dan sudah kerap mereka lakukan yang mengakibatkan warga Palestina tidak putus dirundung malang. Sementara betapapun kerasnya reaksi dunia termasuk kita bangsa Indonesia terhadap serangan itu tidak diacuhkan Israel, bahkan reaksi badan dunia sebesar PBB sekalipun dianggapnya sebagai angin lalu saja. Mengapa negara sekecil itu terlalu sombong dan percaya diri menyerang terus-terusan tetangganya Palestina? Karena Israel tahu persis bahwa Palestina lemah di bidang militer dan ekonomi dan saudara-saudara Palestina di sekitarnya yakni negara-negara Arab tidak kompak memberikan pembelaan, bahkan solidaritas antarnegara Arab itu sangat rapuh, mereka lebih suka saling bertengkar sesamanya ketimbang membangun persatuan membela Palestina. Kerapuhan solidaritas Arab itulah yang dimanfaatkan Israel dengan sekutunya Amerika Serikat dan negara barat lainnya untuk mengatur peta perpolitikan dan melakukan apa yang diinginkannya di Timur Tengah. Padahal kalau negara Arab seperti Iran, Irak, Arab Saudi, Syria, Lebanon, Kuwait, Mesir dan lainnya bersatu membela Palestina, jangankan berperang “kencing” saja warga Arab ramai-ramai ke Israel akan jadi lautan negara yahudi itu. Tetapi yang dilakukan Arab setiap kali terjadi serangan Israel ke Palestina hanyalah menggiring opini masyarakat dunia untuk memberikan bantuan kemanusiaan dan untuk mempercayai PBB sebagai penengah untuk penyelesaian konflik. Padahal lembaga dunia itu tidak pernah mampu melakukan penyelesian konflik secara permanen dan selalu berpihak kepada Palestina, pasalnya PBB di bawah bayang-bayang Amerika Serikat Cs yang pro Israel. Belakangan banyak orang berharap kepada presiden Amerika Serikat berkulit hitam yang ayahnya seorang Islam dari Afrika Barack Husein Obama agar bersikap netral dalam kasus kronis di tanah Palestina itu, tetapi nyatanya Obama sama saja dengan pendahulunya Bush maupun Clinton, sama-sama membenarkan invasi Israel. Seharusnya bagi saudara-saudara Palestina jalan yang harus ditempuh untuk menghadapi kebiadaban Israel adalah menjadikan Palestina adalah kita, duka Palestina adalah duka kita, denyut nadi warga Palestina adalah denyut nadi kita bersama, perjuangan Palestina adalah perjuangan kita. Untuk itu strategi yang dijalankan tidak cukup lagi gerakan movement dengan mengutuk-ngutuk melalui demonstrasi, pernyataan untuk menggalang opini dan bantuan kemanusiaan lainnya, hal itu hanya untuk penyelesaian sementara, Masalah Palestina terkini adalah soal perang, soal militer, karena itu Palestina juga butuh bantuan militer, minimal untuk membentengi diri, tanpa kekuatan militer, Israel akan terus leluasa mengobrak-abrik Palestina. Berperang untuk menegakkan kebenaran juga salah satu cara penyelesaian konflik. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar