Adiksi   Sistem OtomatisChappy Hakim  ;     Senior Pilot, Airline   Transport Pilot License (ATPL) No 2391  |  
KOMPAS,  19 Juli 2014
|    TANGGAL 8   Maret 2014, pesawat B-777-200ER Malaysia Airlines MH370 tujuan Beijing lenyap   tidak berbekas setelah kehilangan kontak dengan petugas pengawas lalu lintas   udara. Pesawat itu belum satu jam take   off dari Kuala Lumpur International   Airport. Keberadaan pesawat beregistrasi 9M-MRO dengan 12 awak Malaysia   dan 227 penumpang dari 14 negara tersebut tidak diketahui hingga kini. Pemerintah   Malaysia tanggal 24 Maret memperoleh penjelasan dari British Air Accidents Investigation Branch bahwa pesawat naas itu   diduga kuat jatuh di selatan Lautan Hindia, sebelah barat Kota Perth,   Australia. Sampai sekarang tidak ditemukan reruntuhan kerangka pesawat dan   juga tidak diketahui pasti lokasi terakhir MH370. Tanggal 6 Juli   2013, pesawat B-777-200ER Asiana Airlines flight 214 kecelakaan saat mendarat   di San Francisco International Airport.   Tiga orang meninggal, 181 luka-luka, dan 304 lainnya selamat. The New York   Times (24/6) memuat penjelasan National   Transportation Safety Board (NTSB) tentang kecelakaan tersebut. Menurut   NTSB, kecelakaan terjadi karena pilot terlalu mengandalkan mekanisme   pengendalian otomatis, yang sebenarnya tidak dia kuasai dengan baik. Sistem otomatis NTSB juga   berpendapat bahwa kecelakaan itu telah memunculkan pertanyaan besar terhadap   sistem otomatis yang seharusnya meningkatkan keamanan terbang dan membantu   penerbangan jarak jauh karena menurunkan basic   pilot skills. Saat itu pilot terpaksa mendarat manual karena alat bantu   pendaratan otomatis di San Francisco   International Airport tidak berfungsi. Bureau d’Enquetes et d’Analyses pour la Securite de l’Aviation   Civile (BEA), badan sejenis NTSB Perancis yang   bermarkas di Le Bourget, dan DSB (Dutch   Safety Board), biro keamanan penerbangan sipil Belanda, menyimpulkan,   masalah otomatisasi pilot adalah salah satu penyebab kecelakaan pesawat   terbang. Kedua badan   penyelidik ini pula yang mengetengahkan diskusi mendalam dengan pihak   National Safety Board mengenai automation   addiction sebagai salah satu penyebab terjadinya kecelakaan. Federal   Aviation Administration (FAA) baru saja mengeluarkan laporan setebal 279   halaman yang merupakan hasil penelitian panjang dari satu kelompok kerja   mengenai Pilots Addicted to Automation.   Dikatakan antara lain sebagai berikut, ”The   FAA report stresses the risk that future accidents could occur as commercial   airline pilots become overly reliant on automated computer systems in the   cockpit and lose their hands-on, manual flying skills.”  Kebiasaan yang   terlalu mengandalkan sistem otomatis telah menarik perhatian para ahli sebagai   salah satu penyebab terjadinya kecelakaan. Automatic   pilot telah membuat penerbangan secara umum menjadi lebih aman, tetapi   seiring dengan itu, ketergantungan yang sangat besar terhadap sistem otomatis   di kokpit akan sangat membahayakan. Badan Penerbangan   dan Antariksa AS (NASA) telah membiayai satu penelitian di Iowa University   yang memakan waktu tiga tahun lebih dalam masalah hubungan pilot, sistem   otomatis, dan kecelakaan pesawat terbang. Dr Thomas   ”Mach” Schnell yang memimpin tim riset menjelaskan hasil penelitiannya bahwa   ketergantungan yang berlebihan terhadap sistem otomatis telah menurunkan dan   banyak mengganggu konsentrasi pilot dalam menerbangkan pesawat. Dia juga   mengatakan bahwa hasil penelitian telah menunjukkan bahwa pilot modern telah   menjadi sangat tergantung kepada sistem otomatis di kokpit. Studi tersebut   juga telah menemukan bahwa 60 persen dari kecelakaan ternyata disebabkan oleh   kesalahan dalam mengoperasikan Flight   Management  Computer. Untuk hal ini,   Michael Huerta, Administrator FAA, telah menyerukan kepada seluruh maskapai   penerbangan untuk segera meningkatkan lagi training pilot mereka dengan fokus   ketergantungan pada sistem otomatis di kokpit. Perlu koreksi Jarum jam   tidak bisa diputar terbalik, era penerbangan otomatis memang akan tetap   berlanjut dengan segala tantangan yang akan dihadapi. Namun, beberapa koreksi   penting harus dilakukan demi keamanan terbang. Penyelidikan   dan penelitian serius yang mendalam dari institusi yang sangat kredibel pada   dunia penerbangan internasional telah menunjukkan bahwa automation addiction   telah terbukti dapat membahayakan penerbangan. Isu tentang   automation addiction ternyata sama sekali bukan omong kosong, tetapi sudah   menjadi bahan studi dan penelitian yang sangat serius di NASA, Iowa   University, FAA, NTSB, dan institusi lainnya di Eropa. Kembali pada   belum adanya kabar tentang pesawat supermodern B-777-200ER Malaysia Airlines   MH370 tentunya masih mengundang tanda tanya besar, apa gerangan yang telah   terjadi. Apakah ada   yang salah pada Boeing 777-200ER? Apakah memang ada faktor seperti yang   ditunjukkan dari sebagian hasil penelitian panjang yang telah dilakukan oleh   NASA di Iowa University, FAA, dan NTSB? Semoga yang terbaik yang diterima para keluarga penumpang MH370. ●  | 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar